Selasa, 10 Desember 2013

Penyebab Timbulnya Kenakalan Remaja dan Penyalahgunaan Narkotika



PSIKOLOGI
( Penyebab Timbulnya Kenakalan Remaja dan Penyalahgunaan Narkotika)
Oleh : Syifa Umami
ABSTRAK: Tulisan ini akan membahas tentang penyebab timbulnya kenakalan remaja dan penyalahgunaan narkotika. Mengenai sumber dan penyebab timbulnya perilaku nakal dan penyalahgunaan narkotika, dikelompokkan menjadi tiga:
1)      Faktor Pribadi
2)      Faktor Keluarga
3)      Faktor Lingkungan sosial dan dinamika perubahannya
Berbagai perilaku pada remaja sudah sangat memprihatinkan kita semua. Penanganan masalah perilaku remaja yang menyimpang, sangat diperlukan kerja sama dari berbagai pihak, termasuk guru atau pihak sekolahyang mengamati anak sekia jam setiap hari, lingkungan sosial dan khususnya orang tua anak itu sendiri. Dan harus diperhatikan hubungan yang baik di antara orangtua dan anak, suami dan istri. Upaya perbaikan lingkungan sosial mmbutuhkan kerjasama yang terpadu dari berbagai pihak, termasuk peran serta dari masyarakat seniri.

Kata kunci: Kenakalan Remaja, Narkotika,
A.    Latar belakang
            Bila kita berhadapan dengan seorang remaja yang dinilai atau dicap nakal antara lain karena perbuatan-perbuatan yang sudah tidak bisa ditoleransi, baik oleh keluarga maupun lingkungannya, dan kemudian terjerumus dalam perilaku yang tidak baik seperti penyalah gunaan narkotika1.
            Narkotika sendiri adalah  zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.2
            Remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung terhadap orang tua kearah kemandirian, minat-minat seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral. Remaja memiliki tifa fase meiputi (a) remaja awal: 12-15 tahun, (b) remaja madya: 15-18 tahun, (c) remaja akhir: 19-22 tahun.3
            Maka dari itu kita dirangsang untuk mengetahui lebih lanjut. Apakah perbuatan-perbuatan tersebut sebagai reaksi ataukah sebagai akibat, namun yang jelas ialah bahwa perbuatan itu ada sebabnya. Jadi keduannya, yakni perbuatan sebagai reaksi dan sebagai akibat, menunjukkan ada faktor yang mendasari munculnya suatu perilaku tertentu yakni ada sumbernya. Untuk mengubah suatu perilaku, termasuk perilaku yang tidak dikehendaki seperti kenakalan dan penyaahgunaan narkotika, perlu memahami sumber dan penyebabnya.4
A.    Faktor Pribadi
Setiap anak berkepribadian khusus. Keadaan khusus pada anak, bisa menjadi sumber munculnya berbagai perilaku menyimpang. Keadaan khusus ini adalah keadaan konstitusi, potensi, bakat, atau sifat dasar pada anak yang kemudian melali proses perkembangan, kematanga anak atau perangsangan dari lingkungan menjadi aktual, muncul atau berfungsi.
1.      Seorang anak bisa memperlihatkan perilaku yang tampil sebagai pelarian-pelarian karna ia mengalami kesulitah dalam mengikuti pelajaran-pelajaran di sekolah dan kesulitan ini bersumber pada kemampuan terletak dibawah rata-rata.[2]Pelajaran pelajaran yang dalam kenyataannya terlalu berat bagi anak, menjadi beban yang menekannyasehingga selalu berada dalam keadaan tegang, tertekan dan tidak bahagia.
a.       Tuntutan dari pihak orang tua terhadap prestasi anak yang sebenarnya melebihi kemampuan dasar yang dimiliki anak. Berbagai ungkapan yang acap kali keliru pada orang tua masih sering terdengar.
b.      Tuntutan terhadap anak agar aak bisa memperlihatkan prestasi-prestasi seperti yag diharapkan, padahal anak tidak bisa memenuhi karena masa-masa perkembangannya belum siap untuk bisa menerima kualitas dan intensitas rengsangan yang diberikan.
c.       Tekanan dari orang tua agar anak mengikuti berbagai kegiatan, baik yang berhubungan dengan pelajaran-pelajaran sekolah maupun kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan pengembangkan bakat dan minat.
d.      Kekecewaan pada anak karena tidak berhasil memasuki sekolah atau jurusan yang dikehendaki dan yang tidak dinetralisasikan dengan baik oleh orang tua atau kekecewaan pada anak karena ia tidak berhasil memuaskan keinginan-keinginan atau harapan-harapan orang tua.
2.      Seorang anak bisa memperlihatkan perilaku yang tampil sebagai sikap menetang, sikap tidak mudah menerima saran-saran atau nasihat-nasihat orang lain, sikap kompensatoris, yang kesemuanya bisa bersumber pada keadaan fisiknya (misalnya ada kekurangan atau cacad) yang bebeda sekali dibandingkan dengan dengan saudara atau saudara-saudaranya. Dalam hal demikian, mudah timbul perasaan tersisih, kurang diperhatikan dan tidak bahagia. Suatu kedaan yang mengusik kebahagiannya dan mudah muncul berbagai reaksi perilaku negative.
3.      Seorang anak bisa memperlihatkan perilaku yang merepotkan orang tua dan lingkungannya dengan berbagai perilaku yang dianggap tidak mampu menyesuaikan diri. Sumber penyebab hal ini karena tuntutan-tuntutannya yang berlebihan, keinginan-keinginannya yang harus dituruti, tidak lekas puas terhadap apa yang diperoleh atau diberikan orang tua, karena sifat-sifat dasarnya memang mendorong munculnya sikap-sikap yang mudah menimbulan persoalan pada anak dan tentunya juga sekelilingnya.[3] 5
B.     Faktor Keluarga
Keluarga adalah unit sosial paling kecil dalam masyarakat yang peranannya besar sekali terhadap perkembangan sosial, terlebih pada awal-awal perkembangannya yang menjadi landasan bagi perkembangan kepribadian selanjutnya.
Lingkungan keluarga berperan besar, karena merekalah yang langsung atau tidak langsung berhubungan terus menerus dengan anak, memberikan perangsangan (stimulus) melalui erbaga corakkomunikasi antara orangtua dengan anak. Lingkungan keluarga acapkali disebut sebagai lingkungan penidika informal yang mempengaruhi berbagai aspek perkembangan anak. Adakalanya hal-hal ini berlangsung melalui ucapan-ucapan, perintah-perintah yang diberikan secara langsung untuk menunjukkan apa yang seharusnya diperlihatkan atau dilakukan oleh anak.6
 Beberapa sikap orang tua yang perlu diperhatikan sehubung dengan perkembangan moral anak, di antaranya sebagai berikut.
a.        Konsisiten dalam mendidik anak
Ayah dan ibu harus memilikisikap dan perlakuan yang sama dalam melarang atau membolehkan tingkah laku tertentu kepada anak. Suatu tingakah laku anak yang dilarang oleh orag tau pada suatu waktu, harus juga dilarang apabila dilakukan kembali pada waktu lain.
b.      Sikap orang tua dalam keluarga
Secara tidak langsung, sikap orang tua terhadap anak, sikap ayah terhadap ibu, atau sebaliknya, dapat mempengaruhi perkembangan moral anak, yaitu melalui proses peniruan (imitasi). Sikap orang tua yang keras (otoriter) cenderung melahirkan sikap disiplin semu pada anak, sedangkan sikap yang acuh tak acuh, atau sikap masa bodoh, cenderung mengembangkan sikap kurang bertanggung jawab dan kurang mempedulikan norma pada diri anak. Sikap yang sebaiknya dimiliki oleh orang tua adalah sikap kasih sayang, keterbukaan, musyawarah (dialogis), dan konsisten.[4]
c.       Penghayatan dan pengamalan agama yang dianut
Orang tua merupakan penutan (teladan) bagi anak, termasuk di sisni panutan dalam 
 Mengamalka ajaran agama. Orangtua yang menciptakan iklim yang relegius (agamis), degan cara membersihkan ajaran atau bimbingan tentang nilai-nilai agama kepada anak, maka anak akan mengalami perkembangan moral yang baik.
d.      Sikap konsisten oragtua dalam menerapkan norma
Orangtua yang tidak menhendaki anakanya berbohong, atau berlaku tidak jujur, maka mereka harus menjauhkan dirinya dari perilaku berbohong atau tidak jujur. Apabila orangtua mengajarkan kepada anak, agar berperilaku jujur, bertutur kata yang sopa, bertanggung jawab, atau taat beragama, tetapi oragtua sendiri menampilkan perilaku yang sebaliknya, maka anak akan mengalami konflikpada dirinya, dan akan menggunakan ketidak konsistenan (ketidakajengan) orangtua itu sebagai alasan untk tidak melakukan apa yang diinginkan oleh orangtuannya, bahkan mungkin dia akan berperilaku seperti orangtuanya. 7
C.      Lingkungan Sosial dan Dinamika Perubahannya
Lingkungan sosial dengan berbagai ciri khususnya memegang peranan besar terhadap munculnya corak dan gambaran kepribadian pada anak. Tapi dalam kenyataannya, pola kehidupan dalam keluarga dan masyarakat dewasa ini, jauh berbeda dibandingkan dengan kehidupan beberapa puluh tahun yang lalu.
Terjadi berbagai pergeseran nilai dari waktu ke waktu seiring dengan perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Bertambahnya penduduk ynag demikian pesat, khususnya di kota-kota besar, menimbulkan ruang hidup dan ruang lingkupkehidupa menjadi sempit. Urbanisasi yang terus menerus terjadi, sulit dikendalikan, apalagi ditahan, menyebabkan laju kepadatan penduduk di kota besar sulit dicegah. Dinamika hubungan menjadi lebih besar, tetapi sekaligus menjadi lebih longgar dan kurang intensif, kurang akrab. Dalam kondisi seperti ini, amat mudah timbulnya sikap yang menjadi cirri dari kehidupan masyarakat yang padat: individualis, kompititif, dan matreais.
Lingkungan pergaulan anak buat anak adalah sesuatu yang harus dimasuki karena di lingkungan pergaulan seorang anak bisa terpengaruh cirri kepribadiannya, tentunya diharapkan terpengaruh oleh hal-hal yang baik, disamping bahwa lingkungan pergaulan adalah sesuatu kebutuhan dalam pengembangan diri untuk hidup masyarakat. Karena itu lingkungan sosial sewajarnya menjadi perhatian kita semua, agar bisa menjadi lingkungan yang baik yang bisa meredam dorongan-dorongan negatife atau patologis pada anak maupun remaja.[5]8

D.    Kesimpulan
Dari urain diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penyebab dari kenakaln remaja dan penyalahgunaan narkotika dikelompokkan menjadi tiga: 1) faktor pribadi, 2) faktor keluarga, 3) faktor lingkungn sosial dan dinamika perubahannya.

Daftar Rujukan
D.Singgih,  Gunarsa, yulia Singgih D. Gunarsa, Psikologgi praktis: Anak, Remaja, dan Keluarga.               Bandung: PT BPK Gunung Mulia, 2011.
http://id.wikipedia.org/wiki/Narkoba , diakses 30 desember 2012
Yusuf, Syamsu L.N., Psikologi Perkembagan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005.





[1] Prof. Dr. Singgih D. Gunarsa, Dra. Ny. Y. singgih D. Gunarsa. Psikologi Praktis:anak, Remaja, Dan Keluarga, PT BPK Gunung mulia, Jakarta, 2001, h.182
[2]  http://id.wikipedia.org/wiki/Narkoba , diakses (30 desember 2012)
3. . Dr. H. Syamsu Yusuf L.N., M.Pd., Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, h. 184
4. Prof. Dr. Singgih D. Gunarsa, Dra. Ny. Y. singgih D. Gunarsa. Psikologi Praktis:anak, Remaja, Dan Keluarga, PT BPK Gunung mulia, Jakarta, 2001, h. 182
5. Prof. Dr. Singgih D. Gunarsa, Dra. Ny. Y. singgih D. Gunarsa. Psikologi Praktis:anak, Remaja, Dan Keluarga, PT BPK Gunung mulia, Jakarta, 2001, h. 183-185
6. Prof. Dr. Singgih D. Gunarsa, Dra. Ny. Y. singgih D. Gunarsa. Psikologi Praktis:anak, Remaja, Dan Keluarga, PT BPK Gunung mulia, Jakarta, 2001, h.185-186

7. . Dr. H. Syamsu Yusuf L.N., M.Pd., Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, h. 133-134
8. Prof. Dr. Singgih D. Gunarsa, Dra. Ny. Y. singgih D. Gunarsa. Psikologi Praktis:anak, Remaja, Dan Keluarga, PT BPK Gunung mulia, Jakarta, 2001, h. 187-189

1 komentar:

  1. Dimana dapat buku psikologi praktis ini?saya susah nyarinya, mohon infonya.. Terima kasih

    BalasHapus