PSIKOLOGI
( Penyebab Timbulnya Kenakalan Remaja dan Penyalahgunaan
Narkotika)
Oleh : Syifa Umami
ABSTRAK: Tulisan ini akan
membahas tentang penyebab timbulnya kenakalan remaja dan penyalahgunaan
narkotika. Mengenai sumber dan penyebab timbulnya perilaku nakal dan
penyalahgunaan narkotika, dikelompokkan menjadi tiga:
1)
Faktor Pribadi
2)
Faktor Keluarga
3)
Faktor Lingkungan
sosial dan dinamika perubahannya
Berbagai perilaku pada remaja
sudah sangat memprihatinkan kita semua. Penanganan masalah perilaku remaja yang
menyimpang, sangat diperlukan kerja sama dari berbagai pihak, termasuk guru
atau pihak sekolahyang mengamati anak sekia jam setiap hari, lingkungan sosial
dan khususnya orang tua anak itu sendiri. Dan harus diperhatikan hubungan yang
baik di antara orangtua dan anak, suami dan istri. Upaya perbaikan lingkungan
sosial mmbutuhkan kerjasama yang terpadu dari berbagai pihak, termasuk peran
serta dari masyarakat seniri.
Kata kunci: Kenakalan Remaja,
Narkotika,
A.
Latar
belakang
Bila kita
berhadapan dengan seorang remaja yang dinilai atau dicap nakal antara lain
karena perbuatan-perbuatan yang sudah tidak bisa ditoleransi, baik oleh
keluarga maupun lingkungannya, dan kemudian terjerumus dalam perilaku yang
tidak baik seperti penyalah gunaan narkotika1.
Narkotika
sendiri adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan.2
Remaja merupakan masa perkembangan
sikap tergantung terhadap orang tua kearah kemandirian, minat-minat seksual,
perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral.
Remaja memiliki tifa fase meiputi (a) remaja awal: 12-15 tahun, (b) remaja
madya: 15-18 tahun, (c) remaja akhir: 19-22 tahun.3
Maka dari itu kita dirangsang untuk
mengetahui lebih lanjut. Apakah perbuatan-perbuatan tersebut sebagai reaksi
ataukah sebagai akibat, namun yang jelas ialah bahwa perbuatan itu ada
sebabnya. Jadi keduannya, yakni perbuatan sebagai reaksi dan sebagai akibat,
menunjukkan ada faktor yang mendasari munculnya suatu perilaku tertentu yakni
ada sumbernya. Untuk mengubah suatu perilaku, termasuk perilaku yang tidak
dikehendaki seperti kenakalan dan penyaahgunaan narkotika, perlu memahami sumber
dan penyebabnya.4
A.
Faktor
Pribadi
Setiap
anak berkepribadian khusus. Keadaan khusus pada anak, bisa menjadi sumber
munculnya berbagai perilaku menyimpang. Keadaan khusus ini adalah keadaan
konstitusi, potensi, bakat, atau sifat dasar pada anak yang kemudian melali
proses perkembangan, kematanga anak atau perangsangan dari lingkungan menjadi
aktual, muncul atau berfungsi.
1.
Seorang anak bisa
memperlihatkan perilaku yang tampil sebagai pelarian-pelarian karna ia
mengalami kesulitah dalam mengikuti pelajaran-pelajaran di sekolah dan
kesulitan ini bersumber pada kemampuan terletak dibawah rata-rata.[2]Pelajaran
pelajaran yang dalam kenyataannya terlalu berat bagi anak, menjadi beban yang
menekannyasehingga selalu berada dalam keadaan tegang, tertekan dan tidak bahagia.
a.
Tuntutan dari pihak
orang tua terhadap prestasi anak yang sebenarnya melebihi kemampuan dasar yang
dimiliki anak. Berbagai ungkapan yang acap kali keliru pada orang tua masih
sering terdengar.
b.
Tuntutan terhadap
anak agar aak bisa memperlihatkan prestasi-prestasi seperti yag diharapkan,
padahal anak tidak bisa memenuhi karena masa-masa perkembangannya belum siap
untuk bisa menerima kualitas dan intensitas rengsangan yang diberikan.
c.
Tekanan dari orang
tua agar anak mengikuti berbagai kegiatan, baik yang berhubungan dengan
pelajaran-pelajaran sekolah maupun kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan
dengan pengembangkan bakat dan minat.
d.
Kekecewaan pada anak
karena tidak berhasil memasuki sekolah atau jurusan yang dikehendaki dan yang
tidak dinetralisasikan dengan baik oleh orang tua atau kekecewaan pada anak
karena ia tidak berhasil memuaskan keinginan-keinginan atau harapan-harapan
orang tua.
2.
Seorang anak bisa
memperlihatkan perilaku yang tampil sebagai sikap menetang, sikap tidak mudah
menerima saran-saran atau nasihat-nasihat orang lain, sikap kompensatoris, yang
kesemuanya bisa bersumber pada keadaan fisiknya (misalnya ada kekurangan atau
cacad) yang bebeda sekali dibandingkan dengan dengan saudara atau
saudara-saudaranya. Dalam hal demikian, mudah timbul perasaan tersisih, kurang
diperhatikan dan tidak bahagia. Suatu kedaan yang mengusik kebahagiannya dan
mudah muncul berbagai reaksi perilaku negative.
3.
Seorang anak bisa
memperlihatkan perilaku yang merepotkan orang tua dan lingkungannya dengan
berbagai perilaku yang dianggap tidak mampu menyesuaikan diri. Sumber penyebab
hal ini karena tuntutan-tuntutannya yang berlebihan, keinginan-keinginannya
yang harus dituruti, tidak lekas puas terhadap apa yang diperoleh atau
diberikan orang tua, karena sifat-sifat dasarnya memang mendorong munculnya
sikap-sikap yang mudah menimbulan persoalan pada anak dan tentunya juga
sekelilingnya.[3]
5
B.
Faktor Keluarga
Keluarga adalah unit sosial paling kecil dalam masyarakat
yang peranannya besar sekali terhadap perkembangan sosial, terlebih pada
awal-awal perkembangannya yang menjadi landasan bagi perkembangan kepribadian
selanjutnya.
Lingkungan keluarga berperan besar, karena merekalah yang
langsung atau tidak langsung berhubungan terus menerus dengan anak, memberikan
perangsangan (stimulus) melalui erbaga corakkomunikasi antara orangtua dengan
anak. Lingkungan keluarga acapkali disebut sebagai lingkungan penidika informal
yang mempengaruhi berbagai aspek perkembangan anak. Adakalanya hal-hal ini
berlangsung melalui ucapan-ucapan, perintah-perintah yang diberikan secara
langsung untuk menunjukkan apa yang seharusnya diperlihatkan atau dilakukan
oleh anak.6
Beberapa sikap orang
tua yang perlu diperhatikan sehubung dengan perkembangan moral anak, di
antaranya sebagai berikut.
a.
Konsisiten dalam mendidik anak
Ayah dan
ibu harus memilikisikap dan perlakuan yang sama dalam melarang atau membolehkan
tingkah laku tertentu kepada anak. Suatu tingakah laku anak yang dilarang oleh
orag tau pada suatu waktu, harus juga dilarang apabila dilakukan kembali pada
waktu lain.
b.
Sikap orang tua
dalam keluarga
Secara
tidak langsung, sikap orang tua terhadap anak, sikap ayah terhadap ibu, atau
sebaliknya, dapat mempengaruhi perkembangan moral anak, yaitu melalui proses
peniruan (imitasi). Sikap orang tua yang keras (otoriter) cenderung melahirkan
sikap disiplin semu pada anak, sedangkan sikap yang acuh tak acuh, atau sikap
masa bodoh, cenderung mengembangkan sikap kurang bertanggung jawab dan kurang
mempedulikan norma pada diri anak. Sikap yang sebaiknya dimiliki oleh orang tua
adalah sikap kasih sayang, keterbukaan, musyawarah (dialogis), dan konsisten.[4]
c.
Penghayatan dan
pengamalan agama yang dianut
Orang tua
merupakan penutan (teladan) bagi anak, termasuk di sisni panutan dalam
Mengamalka ajaran agama. Orangtua yang
menciptakan iklim yang relegius (agamis), degan cara membersihkan ajaran atau
bimbingan tentang nilai-nilai agama kepada anak, maka anak akan mengalami
perkembangan moral yang baik.
d.
Sikap konsisten
oragtua dalam menerapkan norma
Orangtua
yang tidak menhendaki anakanya berbohong, atau berlaku tidak jujur, maka mereka
harus menjauhkan dirinya dari perilaku berbohong atau tidak jujur. Apabila
orangtua mengajarkan kepada anak, agar berperilaku jujur, bertutur kata yang
sopa, bertanggung jawab, atau taat beragama, tetapi oragtua sendiri menampilkan
perilaku yang sebaliknya, maka anak akan mengalami konflikpada dirinya, dan
akan menggunakan ketidak konsistenan (ketidakajengan) orangtua itu sebagai
alasan untk tidak melakukan apa yang diinginkan oleh orangtuannya, bahkan
mungkin dia akan berperilaku seperti orangtuanya. 7
C.
Lingkungan Sosial dan Dinamika Perubahannya
Lingkungan sosial dengan berbagai ciri khususnya memegang
peranan besar terhadap munculnya corak dan gambaran kepribadian pada anak. Tapi
dalam kenyataannya, pola kehidupan dalam keluarga dan masyarakat dewasa ini,
jauh berbeda dibandingkan dengan kehidupan beberapa puluh tahun yang lalu.
Terjadi berbagai pergeseran nilai dari waktu ke waktu
seiring dengan perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Bertambahnya penduduk
ynag demikian pesat, khususnya di kota-kota besar, menimbulkan ruang hidup dan
ruang lingkupkehidupa menjadi sempit. Urbanisasi yang terus menerus terjadi,
sulit dikendalikan, apalagi ditahan, menyebabkan laju kepadatan penduduk di
kota besar sulit dicegah. Dinamika hubungan menjadi lebih besar, tetapi sekaligus
menjadi lebih longgar dan kurang intensif, kurang akrab. Dalam kondisi seperti
ini, amat mudah timbulnya sikap yang menjadi cirri dari kehidupan masyarakat
yang padat: individualis, kompititif, dan matreais.
Lingkungan pergaulan anak buat anak adalah sesuatu yang
harus dimasuki karena di lingkungan pergaulan seorang anak bisa terpengaruh
cirri kepribadiannya, tentunya diharapkan terpengaruh oleh hal-hal yang baik,
disamping bahwa lingkungan pergaulan adalah sesuatu kebutuhan dalam
pengembangan diri untuk hidup masyarakat. Karena itu lingkungan sosial
sewajarnya menjadi perhatian kita semua, agar bisa menjadi lingkungan yang baik
yang bisa meredam dorongan-dorongan negatife atau patologis pada anak maupun
remaja.[5]8
D.
Kesimpulan
Dari urain diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penyebab
dari kenakaln remaja dan penyalahgunaan narkotika dikelompokkan menjadi tiga:
1) faktor pribadi, 2) faktor keluarga, 3) faktor lingkungn sosial dan dinamika
perubahannya.
Daftar Rujukan
D.Singgih, Gunarsa,
yulia Singgih D. Gunarsa, Psikologgi praktis: Anak, Remaja, dan
Keluarga. Bandung: PT
BPK Gunung Mulia, 2011.
http://id.wikipedia.org/wiki/Narkoba , diakses 30 desember
2012
Yusuf, Syamsu L.N., Psikologi Perkembagan Anak dan
Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005.
[1] Prof. Dr. Singgih
D. Gunarsa, Dra. Ny. Y. singgih D. Gunarsa. Psikologi Praktis:anak, Remaja,
Dan Keluarga, PT BPK Gunung mulia, Jakarta, 2001, h.182
[2] http://id.wikipedia.org/wiki/Narkoba , diakses (30 desember
2012)
3. . Dr. H. Syamsu
Yusuf L.N., M.Pd., Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, PT Remaja
Rosdakarya, Bandung, 2005, h. 184
4. Prof. Dr. Singgih
D. Gunarsa, Dra. Ny. Y. singgih D. Gunarsa. Psikologi Praktis:anak, Remaja,
Dan Keluarga, PT BPK Gunung mulia, Jakarta, 2001, h. 182
Dimana dapat buku psikologi praktis ini?saya susah nyarinya, mohon infonya.. Terima kasih
BalasHapus